Kinerja PT Bumi Resources Tbk (BUMI) dan PT Bumi Resources Mineral Tbk (BRMS) ke depan masih negatif, dengan harga komoditas di tahun 2014 yang belum pulih.
Dalam risetnya, PT Henan Putihrai masih memberikan outlook negatif terhadap BUMI dengan mempertimbangkan kemungkinan rugi pada laporan keuangan 2013 dan 2014 masih akan terus berlanjut. Walaupun penyelesaian utang adalah langkah yang baik dan berpotensi menaikkan EPS perusahaan pada 2014 atas dasar penurunan porsi beban bunga.
Henan juga mempertimbangkan kemungkinan harga komoditas 2014 yang masih belum pulih. Demikian mengutip hasil risetnya, Kamis (10/10/2013).
Disamping itu, Henan juga mengkhawatirkan isu corporate governance yang akan timbul setelah transaksi swap. Untuk pengurangan utang (deleveraging process) dan efisiensi biaya merupakan hal positif yang masih harus dilakukan Perusahaan di masa mendatang.
Sejak sesi I perdagangan efek Kamis (10/10/2013) hari ini, PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menghentikan sementara (suspend) perdagangan saham BUMI dan BRMS. Alasannya kedua saham tersebut telah menandatangani perjanjian untuk menyelesaikan sisa utangnya dengan CIC.
BUMI melakukan penyelesaikan porsi pokok pinjaman sebesar US$1,3 miliar yang akan jatuh tempo pada akhir tahun 2014 dan 2015 kepada China Investment Corporation (CIC). Caranya dalam bentuk penukaran (swap) kepemilikan saham di empat anak usaha BUMI sebesar 42% saham perusahaan di BRMS, dan masing-masing sebesar 19% kepemilikan BUMI di Kaltim Prima Coal KPC, Indocoal Resources Ltd dan Indocoal Kaltim Resources.
BUMI juga akan menerbitkan saham baru senilai US$150 juta atau setara dengan 17% saham baru pada harga sekarang Rp485 per saham. Kemudian sisa pinjamannya akan dikonversikan menjadi pinjaman berjangka waktu 3 tahun pada suku bunga pasar.
Posisi net debt BUMI 1H13 sebesar US$4,5 miliar dengan perkiraan beban bunga pinjaman sebesar US$420 juta per tahun. Walaupun dengan pelunasan hutang pokok sebesar sebesar US$1,3 miliar, porsi hutang BUMI masih tetap besar.