:::: MENU ::::

Senin, 11 Agustus 2014

  • 8/11/2014
Dalam sepekan terakhir, laju IHSG melemah 0,69%. Sebabrek sentimen negatif telah menyerang indeks domestik baik dari eksternal maupun internal. Seperti apa?
IHSG selama sepekan terakhir mengalami penurunan -35,04 poin (-0,69%) atau jauh lebih rendah dari pekan sebelumnya yang naik +1,79 poin (0,04%). Indeks utama bergerak di zona merah dengan penurunan terbesar oleh indeks IDX30 yang melemah -1,08% dan diikuti indeks DBX (-0,90%), dan LQ45 (-0,74%).
Begitupun dengan indeks sektoral yang juga mayoritas mengalami pelemahan di mana penurunan terbesar pada indeks industri dasar (-2,09%) diikuti indeks aneka industri (-2,04%), dan indeks manufaktur (-1,89%). Sementara indeks pertambangan memimpin penguatan dengan naik 2,68% diikuti indeks properti dan perdagangan yang masing-masing turun 0,74%; dan 0,35%.
“IHSG berbalik melemah sepanjang sepekan kemarin,
Maraknya sentimen negatif membuat laju IHSG di pekan kemarin terpental ke zona merah. “Meski rilis inflasi masih inline dengan pasar dan cadangan devisa mengalami kenaikan, kembali defisitnya neraca perdagangan dan melambatnya GDP Indonesia membuat pelaku pasar lebih memilih mengamankan posisi,” papar dia.
Apalagi, kata dia, laju bursa saham global juga melemah sehingga menambah sentimen negatif bagi IHSG. Sepanjang pekan kemarin, asing masih mencatatkan net sell Rp 847,03 miliar atau anjlok dari pekan sebelumnya yang net buy Rp1,06 triliun.
Jika dihitung sejak awal tahun (year to date), sampai dengan pekan kemarin posisi asing tercatat net buy Rp54,77 triliun atau lebih rendah dari pekan sebelumnya Rp55,62 triliun.
Lebih jauh Reza menjelaskan, laju IHSG di awal pekan sesuai dengan perkiraan, meski diharapkan dapat menguat terbatas, tetap mewaspadai imbas sell-off dari bursa saham global seiring kurang baiknya kondisi yang ada. “Dan laju IHSG pun memang sempat melemah seiring masih jualannya sejumlah bursa saham Asia,
Kondisi itu, diperparah oleh laju rupiah yang terdepresiasi. Ini terimbas pelemahan sejumlah mata uang emerging market karena masalah gagal bayar Argentina dan turunnya Euro seiring muncul permasalahan pada modal perbankan Portugal.
Akan tetapi, lanjut dia, kepanikan (yang seharusnya tidak perlu) sebagian pelaku pasar terhadap masalah di Argentina dan Portugal, diperparah dengan hasil analisis dari beberapa kalangan pengamat dan analis yang mempertakut pasar dengan masalah tersebut. “Padahal, rilis inflasi masih inline dengan pasar dan perkiraan kami sehingga dapat mengimbangi rilis negatif dari defisitnya neraca perdagangan Indonesia,
Menariknya ialah, di tengah kepanikan tersebut juga, asing saat itu masih nyaman dengan posisi net buy seolah tidak terlalu terpengaruh dengan masalah Argentina, Portugal, dan kembali defisitnya neraca perdagangan Indonesia. “GDP Indonesia yang dirilis lebih rendah dari periode yang sama sebelumnya maupun di bawah estimasi beri imbas negatif pada IHSG,
“Meski menurut kami, pelemahan GDP ialah wajar terjadi seiring melambatnya ekonomi global yang berimbas pada kurang signifikannya nilai ekspor yang berujung pada defisitnya nilai transaksi berjalan dan perdagangan serta menurunnya tingkat konsumsi masyarakat sebagai imbas kebijakan BI sebelumnya,
Pelaku pasar, lanjut dia, cenderung masih melakukan aksi jual seiring pelemahan pada mayoritas bursa saham global. “Apalagi sentimen dari dalam negeri berupa rilis data-data ekonomi kurang positif sehingga menambah kepanikan pasar,
Belum lagi rupiah yang terdepresiasi dan penilaian berlebihan yang negatif atas pengajuan keberatan Pilpres ke MK dari salah satu pasangan turut mewarnai pelemahan IHSG. “Pasca bergerak melemah, IHSG sempat kembali mencicipi teritori hijau meski di tengah laju bursa saham Asia yang mayoritas memerah,
Meski rupiah masih melanjutkan pelemahannya dan asing yang masih doyan jualan, tidak menghalangi IHSG bertengger di zona hijau dengan dukungan hampir mayoritas indeks sektoral yang menghijau. “Tetapi, penguatan tidak bertahan lama seiring masih maraknya aksi jual dari pelaku pasar,
A call-to-action text Contact us